
Lapak Info - Burhan 'kampak', pria berusia 75 tahun, mengakui dirinya telah membantai antek PKI di Yogyakarta setelah G30S 1965. Ia berkata "Saat itu, pilihannya membunuh atau dibunuh,". Kini dia memimpin Front Anti Komunis Indonesia, FAKI, di Yogyakarta.
Tahun 2013, sosok Burhan 'kampak' menjadi sorotan, setelah majalah Tempo edisi awal Oktober 2012 menulis tentang "Pengakuan algojo 1965". Burhan disebut sebagai salah-seorang algojo atau tukang jagal orang-orang PKI di Yogyakarta dan sekitarnya.
"Ketika itu, kita bersenjata tajam, saya membuat senjata kampak dengan tangkai panjang" ungkapnya.
Kata waktu "ketika itu" membahas rentang waktu antara Oktober 1965 dan 1967, adapun "kita" menunjuk pada kelompok anti komunis. Burhan 'kampak' mengaku aktivis Himpunan mahasiswa Islam (HMI) dan KAMI (Kesatuan aksi mahasiswa Indonesia) dan Laskar Ampera Aris Margono.
Ia mengakui dirinya, saya satu-satunya yang membawa kampak panjang.
Setelah kejadian pembunuhan enam jenderal Angkatan darat dan satu perwira pada Oktober 1965, demikian dia selalu tekankan, di Yogyakarta terjadi "perang sipil" antara kelompok komunis dan anti komunis.
Awalnya pihaknya dalam posisi tertekan. Tetapi semuanya menjadi berubah, ketika pasukan RPKAD dan Kostrad turun ke Yogyakarta untuk melakukan "pembersihan PKI", katanya.
Dia kemudian mengungkap salah-satu pengalamannya menghabisi nyawa seseorang yang disebutnya anggota PKI. Itu dilakukannya demi menyelamatkan temannya yang "hampir dibunuh".
"Saya dibelakang... kampak saya panjang... Duar! Pedang (anggota PKI itu) jatuh. Dia saya pukul, saya seret, saya bawa pergi, mati!"
Dia juga mengaku mendapat izin untuk membunuh orang yang dipastikan terlibat PKI. Dia juga mengaku diberi pistol jenis FN.
0 comments:
Post a Comment